Anjuran Puasa Pada Hari-Hari Putih (Ayyamul Bid) dan Bulan Syaban
ANJURAN PUASA PADA HARI-HARI PUTIH (AYYAMUL BID) DAN BULAN SYA’BAN
Pertanyaan
saya terbiasa berpuasa hari-hari putih (Ayyamul Bid) setiap bulan, akan tetapi pada bulan ini saya tidak berpuasa. Ketika saya ingin berpuasa dikatakan kepadaku, bahwa hal itu tidak boleh dan termasuk bid’ah. Saya telah berpuasa hari senen awal bulan, kemudian berpuasa hari rabu 19 Sya’ban dengan izin Allah saya akan berpuasa besok kamis, sehingga saya berpuasa tiga hari. Apa hukumnya? Dan apa hukum memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban?
Jawaban
Alhamdulillah.
Pertama : Allah Ta’ala mengharamkan pendapat tanpa dilandasi dengan ilmu, hal itu disandingkan dengan kesyirikan dan dosa besar. Allah berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” [Al-A’raf/7: 33]
Di antara pendapat tanpa dilandasi dengan ilmu seperti yang ada dalam pertanyaan, yaitu perkataan sebagian orang yang mengatakan bid’ahnya puasa tiga hari di bulan Sya’ban seperti yang disebutkan dalam pertanyaan.
Kedua: Dianjurkan berpuasa tiga hari pada setiap bulan. Yang lebih utama hal itu pada hari-hari putih (Ayymul Bid) yaitu hati ketiga belas, empat belas dan lima belas.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata:
أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَصَلاَةِ الضُّحَى، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
“Kekasihku memberikan wasiat kepadaku dengan tiga hal tidak akan saya tinggalkan sampai saya meninggal dunia, puasa tiga hari pada setiap bulan, shalat duha dan tidur dalam kondisi sudah shalat witir.” [HR. Bukhari, no. 1124 dan Muslim, no. 721].
Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku:
وَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُومَ كُلَّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ، فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ أَمْثَالِهَا، فَإِنَّ ذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ
“Cukup bagi anda agar berpuasa tiga hari setiap bulan. Maka bagi anda setiap kebaikan (dilipat gandakan) sepuluh kali. Maka itu adalah puasa dahr (setahun) penuh.” [HR. Bukhari, no. 1874 dan Muslim, no. 1159]
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku,
إِذا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاثًا، فَصُمْ ثَلاثَ عَشْرَةَ، وَأَرْبعَ عَشْرَةَ، وخَمْسَ عَشْرَةَ
“Kalau anda berpuasa dalam sebulan, maka berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas dan lima belas.” [HR. Tirmizi, no. 761 Nasa’i, no. 2424. Hadits dinyatakan hasan oleh Tirmizi dan disetujui Albany di ‘Irwa’ Al-Golil, (947)]
Syaikh Muhammad Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah ditanya, “Terdapat dalam hadits bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memberikan wasiat kepada Abu Hurarah Radhiyallahu anhu agar berpuasa tiga hari untuk setiap bulan, kapan berpuasa hari-hari ini? Apakah secara berurutan?
Maka beliau menjawab, “Puasa tiga hari ini, dibolehkan berpuasa secara berturut-turut atau terpisah. Boleh pada awal bulan atau ditengah atau di akhirnya. Masalah ini luas alhamdulillah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak menentukan. Aisyah Radhiallahu anha ditanya, “Apakah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa pada setiap bulan tiga hari? Beliau menjawab, “Ya.” Dikatakan, “Pada hari apa dalam satu bulan beliau berpuasa?” (Aisyah Radhiyallahu anha) berkata, “Tidak memperdulikan hari apa dalam satu bulan berpuasa.” [HR. Muslim, no. 1160) akan tetapi pada hari ketiga belas, empat belas dan lima belas itu yang lebih utama. Karena ia termasuk ayyamul bid. (Majmu Fatawa Syekh Ibnu Utsaimin, 20/ soal no. 376]
Ketiga : Mungkin orang yang melarang anda berpuasa pada hari-hari ini di bulan (Sya’ban) mungkin hal itu karena mengetahui bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melarang berpuasa ketika dipertengahan bulan Sya’ban.
Terdapat dalam jawaban soal no. 49884, bahwa larangan ini bagi orang yang memulai berpuasa di pertengahan kedua di bulan Sya’ban dan dia tidak ada kebiasaan berpuasa.
Sementara orang yang memulai berpuasa pada pertengan pertama kemudian melanjutkan puasa pada pertengahan kedua atau dia terbiasa berpuasa, maka tidak mengapa berpuasa di pertengahan kedua. Sebagaimana orang yang terbiasa berpuasa tiga hari pada setiap bulan atau berpuasa hari senin dan kamis.
Dengan demikian, maka tidak mengapa puasa anda tiga hari di bulan Sya’ban. Meskipun hal itu terjadi pada pertengahan kedua di bulan (Sya’ban).
Keempat : Tidak mengapa memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Bahkan hal itu termasuk sesuai sunah. Dahulu Nabi Shallallahu alihi wa sallam memperbanyak puasa pada bulan ini.
Dari Aisyah Radhiallahu anha berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ. فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan tidak berbuka, dan berbuka sampai kami mengatakan tidak berpuasa. Saya tidak melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadan, dan saya tidak melihat beliau lebih banyak berpuasa dibandingkan pada bulan Sya’ban.” [HR. Bukhori, (1868) dan Muslim, (1156)]
Dari Abu Salamah bahwa Aisyah Radhiyallahu anha memberitahuan kepadanya seraya berkata:
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا
“Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa dalam sebulan lebih banyak dibandingkan di bulan Sya’ban. Sesungguhnya beliau berpuasa bulan Sya’ban semuanya. Dan beliau juga bersabda, “Ambillah (lakukan) amalan yang kalian mampu. Karena Allah tidak bosan sampai anda semua bosan. Dan shalat yang paling disukai Nabi Shallallahu alaihi wa sallam apa yang dilakukan secara terus menerus meskipun sedikit. Kalau beliau menunaikan shalat, beliau lakukan secara terus menerus.” [HR. Bukhori, no. 1869 dan Muslim, no. 782]
Wallahu a’lam
Disalin dari islamqa
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/5195-anjuran-puasa-pada-hari-hari-putih-ayyamul-bid-dan-bulan-syaban.html